MODEL MEANINGFUL LEARNING DALAM MENINGKATKAN RETENSI BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MAN 1 DAN MAN 2 BOJONEGORO

Sejarah Kebudayaan Islam merapakan salah satu mata pelajaran wajib di Madrasah Aliyah. Menguasai materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakanhal yang sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Sebagian siswa mengganggap materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sangat mudah, namun ada juga siswa yang mengalami kesulitan. Salah satu kesulitan yang dialami siswa adalah kesulitan dalam mengingat materi yang telah disampaikan oleh guru.
Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ini yaitu pada MAN 1 dan MAN 2 Bojonegoro. Sementara, teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Sementara teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Data Multisitus, Pengumpulan data, serta Kondensasi Data. Sementara dalam pengecekan keabsahan temuan peneliti menggunakan triangulasi.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa implementasi model pembelajaran meaningful learning di MAN 1 dan MAN 2 Bojonegoro untuk meningkatkan retensi belajar siswa melalui penghubungan materi dengan pengalaman nyata. MAN 2 berfokus pada optimalisasi kinerja otak melalui pendekatan terstruktur, sementara MAN 1 menggunakan peta konsep dan diskusi kelompok untuk mengaitkan materi dengan pengalaman siswa. Strategi meaningful learning melibatkan tiga fase: (1) Presentation of Advance Organizer, dimana guru di MAN
2 memberikan gambaran umum topik, sedangkan di MAN 1 mengarahkan siswa dengan pengantar yang jelas; (2) Presentation of Learning Task or Material, dimana guru di MAN 2 menggunakan diskusi kelas untuk meninjau pengetahuan
awal, sementara di MAN 1 menerapkan tanya jawab interaktif; (3) Strengthening Cognitive Organization, dimana guru di MAN 2 memberikan referensi tambahan, sedangkan di MAN 1 menyarankan artikel dan video dokumenter, serta melibatkan
siswa dalam diskusi untuk menyimpulkan materi. Model ini efektif meningkatkan keterlibatan siswa meski menghadapi tantangan dalam mengaktifkan siswa pasif.