IMPLEMENTASI ASESMEN MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK MENGGUNAKAN APLIKASI EDUPONGO PADA PESERTA DIDIK DI MA PLUS AL-HADI PADANGAN BOJONEGORO

Dalam implementasi Kurikulum Merdeka saat ini, proses asesmen menjadi prioritas utama bagi seorang guru. Dengan memanfaatkan teknologi informasi secara efektif untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan, terutama dalam hal manajemen pembelajaran dan asesmen. Berdasarkan pengamatan peneliti dan informasi yang diperoleh dari MA Plus Al-Hadi Padangan, sudah menerapkan asesmen menggunakan aplikasi edupongo mata pelajaran akidah akhlak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil implementasi asesmen mata pelajaran akidah akhlak menggunakan aplikasi edupongo, untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat asesmen menggunakan aplikasi edupongo.
Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini meliputi Kepala MA Plus Al-Hadi Padangan, Guru mata pelajaran akidah akhlak dan peserta didik kelas X MIPA. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data berupa reduksi data, penyajian data, triangulasi, penarikan kesimpulan dan pengecekan keabsahan data.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:(1) penerapan asesmen menggunakan aplikasi edupongo berjalan kurang lebih selama 2 tahun, hal ini menunjukkan kesuksesan dan keberhasilan dalam mendukung proses pembelajaran dan penilaian. Langkah-langkah dalam menerapkan asesmen untuk mata pelajaran akidah akhlak menggunakan aplikasi Edupongo meliputi: Tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan evaluasi. (2) Siswa yang mempunyai nilai predikat A (sangat baik) ada 10 siswa, siswa yang mempunyai predikat nilai B (baik) ada 13 siswa, siswa yang mempunyai nilai predikat C (cukup) ada 1 siswa, dan nilai siswa yang memiliki nilai dibawah kkm atau predikat D ( kurang) tidak ada. (3) Adapun faktor pendukung adalah akses yang mudah, fitur-fitur khusus seperti ujian online dan panduan pembelajaran. Faktor penghambat adalah keterbatasan akses internet, kurangnya sarana prasarana yang memadai, dan kurangnya pelatihan bagi guru.