IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERORIENTASI HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MTS RIYADLUT TAHFIZH AL-QUR’AN LERAN, KALITIDU, BOJONEGORO

Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran inovatif, yang dapat menciptakan situasi belajar yang aktif dan kreatif untuk peserta didik, dimana peserta didik diajarkan dalam melakukan suatu pemikiran kritis, karena pada umumnya peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, kreatif dan memiliki pola pikir yang konvergen. MTs Riyadlut Tahfizh Al-Qur’an merupakan salah satu sekolah yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tepatnya pada pelajaran akidah akhlak dengan berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS). Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan kemampuan peserta didik dalam berpikir untuk dapat mengelola pengetahuan dan ide-ide dengan cara berpikir kritis sehingga dapat memberi mereka pengetahuan dan implikasi baru. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Adapun teknik pengumpulan datanya adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian sumber datanya adalah kepala sekolah, guru mata pelajaran akidah akhlak, dan siswa kelas VII MTs Riyadlut Tahfizh Al-Qur’an Leran Kalitidu Bojonegoro. Analisis data penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut: Implementasi model pembelajaran Problem Based Learning berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Riyadlut Tahfizh Al-Qur’an dilakukan melalui tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Model pembelajaran Problem Based Learning berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) sudah efektif untuk diterapkan karena sudah menunjukkan hasil yang sangat positif. Hal ini ditunjukkan dengan siswa lebih aktif, mampu berpikir kritis serta mampu bekerja sama dalam tim. Model pembelajaran ini membuat siswa untuk lebih percaya diri dalam berpendapat. Hingga muncullah rasa ingin tahu yang tinggi untuk terus mencari sumber pengetahuan agar dapat mengemukakan berbagai pendapat dengan tepat. Tetapi implementasi model pembelajaran ini juga masih memiliki kelemahan yaitu kurangnya kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, kurangnya kesadaran dari masing-masing kelompok untuk sama-sama bertanggung jawab untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Akan tetapi dengan berjalannya waktu mereka dapat menyesuaikan.