KOMPARASI KURIKULUM PEMBELAJARAN KARAKTER ANAK USIA DINI PADA SEKOLAH YANG MENGIKUTI PROGRAM SEMAI BENIH BANGSA (SBB) DAN SEKOLAH YANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM SEMAI BENIH BANGSA( NON SBB) (Studi Kasus di Raudhatul Athfal (RA) Islamiyah Ngasem Bojonegoro dan Raudhatul Athfal (RA) Al Maul Ihsan Kalitidu Bojonegoro)

Dunai pendidikan anak usia dini semakin menjadi sorotan ketika semua orang mulai sadar akan pentingnya pendidikan pra sekolah atau pendidikan usia dini untuk pertumbuhan anak-anak di masa yang mendatang, seperti yang sudah dikatakan diatas bahwa usia dini adalah sebuah masa kritis untuk pembentukan karakter anak-anak. banyak sekali paradigma yang menyatakan bahwa “anak yang sekolah di lembaga yang mengikuti program Semai Benih Bangsa (SBB) akan memiliki karakter yang bagus dibandingan dengan anak yang sekolah di lembaga yang belum mengikuti program Semai Benih Bangsa (Non SBB)”.
Dalam penelitina ini, peneliti menggunkan metode penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan metode yang digunakan untuk menggumpulkan data adalah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk menganalisis data yang telah diperoleh dari lapangan penelitian peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan data-data yang benar-benar diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam melakukan observasi peneliti memilih dua lembaga yakni RA Islmaiyah Ngasem dan RA Al Maul Ihsan Kalitidu, dan untuk wawancara peneliti memilih narasumber kepala sekolah dan guru kelas sebagai sumber data.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa komparasi kurikulum pembelajaran karakter anak usia dini pada sekolah yang mengikuti program Semai Benih Bangsa (SBB) dengan sekolah yang tidak tergabung dalam program Semai Benih Bangsa (Non SBB) menunjukkan bahwa: (1) Kurikulum Pembelajaran karakter di lembaga yang mengikuti program SBB menggunakan model pembelajaran PHBK (Pendidikan Holistik Berbasis Karakter) yang dikembangkan oleh Indonesia Hertigae Foundation (IHF). Karakter yang dikembangkan sesuai dengan 9 pilar karakter yang terdapat di modul PHBK; (2) Kurikulum Pembelajaran karakter di lembaga yang tidak mengikuti program SBB (Non SBB) menggunakan kurikulum dari kemenag yang tertuang dalam SK Dirjen pendis nomor 3489 yang di susun oleh direktur jenderal pendidikan islam.

Karakter yang dikembangkan dalam kurikulum KTSP Kemenag sama seperti yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 137 tahun 2014; (3) komparasi diantara pembelajaran karakter di RA Islamiyah Ngasem sebagai lembaga yang mengikuti program SBB dan RA Al Maul Ihsan sebagai lembaga yang tidak mengikutui program SBB yaitu terletak pada komponen isi/materi yang terdapat dalam kurikulum di lembaga masing-masing. mulai dari model kurikulum yang digunakan, pendekatan yang digunakan dan medianya.
Paradigma orang-orang yang menyatakan bahwa anak-anak yang sekolah di lembaga yang mengikuti program SBB akan memiliki karakter yang bagus itu belum tepat, dikarenakan lembaga yang tidak mengikuti program SBB juga mampu bersaing dengan mendidik para siswanya menjadi berkarakter dengan berbagai teknik