PENANAMAN SIKAP TAWASSUTH SEBAGAI UPAYA MENCEGAH SIKAP FANATIK MELALUI PEMBELAJARAN ASWAJA DI SMP NAHDLATUL ULAMA MODEL SUMBERREJO

Tawassuth, atau moderasi, adalah sikap yang mengedepankan keseimbangan dan keadilan, menghindari ekstremisme dan eksklusivitas. Dalam konteks pendidikan, tawassuth sangat penting untuk membentuk karakter siswa yang toleran dan terbuka terhadap perbedaan. Sebaliknya, fanatisme merupakan sikap berlebihan dalam memegang keyakinan tertentu tanpa mempertimbangkan pandangan lain, sering kali disertai dengan intoleransi dan agresivitas. Fanatisme dapat menghambat proses pembelajaran yang inklusif dan menciptakan lingkungan yang tidak harmonis. Penanaman sikap tawassuth melalui pembelajaran berbasis Aswaja diharapkan dapat mengurangi kecenderungan fanatisme dan mendorong sikap saling menghargai di kalangan siswa.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru mata pelajaran Aswaja, dan 4 siswa kelas VII SMP Nahdlatul Ulama Model Sumberrejo. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa : Penanaman sikap tawassuth sebagai upaya mencegah sikap fanatik melalui pembelajaran Aswaja dilakukan beberapa cara antara lain, membaca Al-Qur’an dan memahami isi kandungan ayat Al-Quran sebelum memulai pembelajaran, memberikan pemahaman tentang materi tawassuth, memberi topik diskusi dan melaksanakan diskusi (problem solving), presentasi dan praktik materi keagamaan salah satunya sholat. Dan dapat bersikap tawassuth dalam pembelajaran dan sehari hari. Selain itu terdapat program kegiatan sehari hari yang mendukung penanaman sikap tawassuth sebagai upaya mencegah sikap fanatik yaitu Pembiasaan Karakter Aswaja sebagai upaya penanaman sikap tawassuth sebagai upaya mencegah sikap fanatik, antara lain Sholat berjamaah, Pembacaan amaliyah seperti tahlil, ratib dan ziarah kubur. Dampak yang dihasikan dalam usaha penanaman ini dapat menimbulkan hal positif antara lain meningkatkan toleransi, moderasi dan penghargaan terhadap perbedaan serta menghindari sikap fanatisme, mengurangi konflik dan ketegangan, serta meningkatkan keterlibatan dan partisipasi aktif siswa.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penanaman sikap tawassuth melalui pembelajaran Aswaja dapat menjadi strategi yang efektif untuk mencegah sikap fanatik di kalangan siswa, sehingga menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan harmonis.