PENERAPAN UJIAN SEKOLAH BERSTANDART NASIONAL BERBASIS KOMPUTER SMARTPHONE ( USBN BKS ) DI MADRASAH IBTIDAIYAH al HIKMAH PAGERWESI TRUCUK BOJONEGORO

Ujian nasional merupakan salah satu jenis sistem evaluasi standart pendidikan secara nasional untuk mengukur pencapaian peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh pusat penilaian pendidikan. Dalam proses pelaksanaan ujian terdapat dua faktor yang harus diperhatikan, diantarannya faktor valid dan tidak validnya suatu penilaian. Faktor tidak validnya suatu penilaian dapat dipicu dari tindakan kecurangan yang dilakukan oleh peserta ujian. Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan ketidak validan penilaian tersebut yaitu pelaksanaan ujian nasional tidak lagi menggunakan sistem ujian berbasis kertas atau paper based test tetapi menggunakan sistem ujian nasional berbasis komputer atau computer based test. USBN BKS adalah sistem pelaksanaan ujian nasional dengan menggunakan smartphone sebagai mediannya. Fokus penelitian adalah bagaimana penerapan USBN BKS, hambatan selama penerapan USBN BKS dan solusi untuk mengatasi hambatan permasalahan. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan penerapan USBN BKS, mendeskripsikan hambatan USBN BKS, dan mendeskripsikan solusi penerapan USBN BKS. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: 1) Penerapan USBN BKS antara lain meliputi: (a) Perencanaan, yaitu: sosialisasi USBN BKS, pendataan sekolah, dan penetapan jadwal. (b) Pelaksanaan meliputi: pra ujian dan ujian resmi. 2) Hambatan selama USBN BKS yaitu : gangguan server, pemadaman listrik, siswa yang tidak mempunyai smartphone, nilai siswa menurun dan sikap moral siswa yang tidak terkontrol. 3) Solusi USBN BKS yaitu: menambah jaringan wifi, meminjam hp pada peserta, suplay daya cadangan berupa generator, menggunakan smartphone saat sedang tryout dan menolak ajakan teman untuk menonton pornografi dan peran dari guru, siswa dan juga orang tua.