PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL TEKSTUR DENGAN BENDA KONKRET MELALUI INDERA PERABA PADA ANAK USIA 2-3 TAHUN POS PAUD (PP) MELATI SIDOBANDUNG BALEN BOJONEGORO

Perkembangan Kognitif didefinisikan sebagai kemampuan belajar atau kemampuan berfikir, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya serta menggunakan kemampuan daya ingatnya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang sederhana, khususnya pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini terutama untuk usia 2-3 tahun di PP Melati Sidobandung sudah menerapkan penggunaan benda konkret dalam perkembangan setiap aspek terutama dalam perkembangan kognitif. Melalui benda konkret benda yang nyata dan benda tersebut dapat dilihat langsung, dengan menggunakan indera peraba (kulit) alat yang sebagai peraba sensitif yang mana kulit mampu membedakan tesktur kasar dan halus. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan perkembangan kognitif anak dalam mengenal tekstur dengan benda konkret melalui indera peraba, dengan sub fokus mencakup: (1) perkembangan kognitif anak dalam mengenal tekstur dengan benda konkret melalui indera peraba, (2) faktor pendukung dan penghambat perkembangaan kognitif pada anak dalam mengenal tekstur dengan benda konkret melalui indera peraba pada usia 2-3 tahun yang dilakukan PP Melati Sidobandung. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada peneliti mengambil sebuah metode penelitian kualitatif yang bersikap deskriptif. Pengumpulan data dalam penenlitian ini dilakukan dengan taknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) perkembangan kognitif anak dalam mengenal tekstur dengan benda konkret melalui indera peraba telah tercapai, melalui stimulasi yang diberikan serta capaian perkembangan pada anak dari waktu ke waktu, (2) faktor pendukung perkembangan kognitif anak dalam mengenal tekstur dengan benda konkret melalui indera peraba yaitu ketersediaan benda konkret disekitar anak mudah didapat, anak ikut antusias dalam pengguaan benda konkret sebagai media belajar, dan memberikan kesempatan yang diberikan ke anak dalam situasi nyata. Adapun faktor penghambat yaitu keterbatasan jumlah media yang ada di lembaga, minimnya anggaran untuk penyediaan media asli atau benda konkret, dan benda tiruan tidak selalu memberikan gambaran yang sebenarya sehingga dalam pembelajaran perlu didukung dengan media nyata atau benda konkret.