UJI TOKSISITAS AKUT SIRUP OBAT BATUK EKSTRAK SEREH (Cymbopogon citratus) DAN KEMANGI (Ocimum basillicum) SECARA IN VIVO PADA MENCIT (Mus musculus)

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan flora dan fauna. Salah satu kekayaan flora yang dimiliki indoesia adalah beragamnya tanaman obat yang hidup di tanah Indonesia. Contoh tanaman obat yang ada di Indonesia adalah Serai dapur (Cymbopogon citratus) dan Kemangi (Ocimum bacilicum). Kedua tanaman ini memiliki beberapa kandungan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid dan juga flavonoid. Dari penelitian sebelumnya, senyawa metabolit tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat batuk. Modifikasi tanaman Serai dapur (Cymbopogon citratus) dan Kemangi (Ocimum bacilicum) dapat diolah menjadi sirup obat batuk dengan beberapa tahapan guna memenuhi standar kemanan untuk dikonsumsi manusia. Salah satunya adalah uji toksisitas. Uji Toksisitas adalah uji yang dilakukan pada hewan uji untuk mendeteksi efek toksik pada sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis dan respon yang khas dari sediaan uji. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui efek toksik dan juga nilai LD50 yang disebabkan oleh pemberian sirup obat batuk dari tanaman Serai dapur (Cymbopogon citratus) dan Kemangi (Ocimum bacilicum) pada hewan uji mencit (Mus muscullus). Pedoman yang dipakai dalam penelitian ini adalah Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan tentang Pedoman Uji Toksisitas Praklinik Secara In Vivo pada tahun 2020 dengan variasi dosis yang dipakai 5, 50, 300 dan 2000mg/Kg BB. Hasil dari penelitian ini adalah sediian sirup obat batuk dari tanaman Serai dapur (Cymbopogon citratus) dan Kemangi (Ocimum bacilicum) tidak dapat membunuh hewan uji hingga dosis tertinggi 2000mg/Kg, dan hanya memberikan sedikit efek toksik seperti lemas dan tremor pada dosis 2000mg/Kg. Hasil nilai LD50 dari penelitian sediaan sirup obat batuk dari tanaman Serai dapur (Cymbopogon citratus) adalah LD50 semu > 2000mg/Kg.