KONSEP AL QUR’AN TENTANG BIRRUL WALIDAIN DAN IMPLIKASINYA PADA PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA

Konteks berbakti kepada kedua orang tua, seorang anak harus taat, berbuat baik dan memberi sesuatu lebih banyak kepada kedua orang tua dibandingkan pemberian mereka kepada anaknya, mengingat pengorbanan mereka dalam merawat, menyayangi, mendidik, dan membesarkannya hingga menjadi dewasa. Serta bisa berupa dengan tuturkata yang sopan, halus dan lembut kepada keduanya
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) konsep Al Qur’an tentang birrul walidain. 2) pendidikan anak dalam keluarga. 3) implikasi konsep Al Qur’an tentang birrul walidain pada pendidikan anak dalam keluarga.
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat dalam kepustakaan (buku). Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dari dokumentasi yang berupa buku sumber, baik primer maupun sekunder, metode analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut: Deduksi, Induksi, Komparasi, Historis, dan Kontekstual.
Hasil penelitian ini menunjukkan makna birrul walidain adalah taat dan berbuat baik kepada kedua orang tua. Makna birrul walidain tidak hanya mencakup ketika orang tua masih hidup. Akan tetapi, birrul walidain juga seharusnya dilakukan ketika orang tua sudah meninggal. Beberapa bentuk birrul walidain tersebut memberikan asumsi bahwa esensi dan hakekat dari birrul walidain adalah bertujuan agar meraih kesuksesan dan kebahagiaan sehingga terciptanya tatanan keluarga yang Islami. Konsep pendidikan agama anak dalam keluarga yaitu perlindungan terhadap anak dalam sisi agama menuntut adanya pendidikan agama bagi anak di rumah dan di lembaga-lembaga pendidikan di mana dia belajar, sesuai dengan agama yang dianut orang tuanya.
Implikasi Konsep Al Qur’an tentang birrul walidain pada pendidikan anak dalam keluarga secara garis besar, dapat ditarik beberapa kesimpulan: pertama, adanya keharusan orang tua untuk memahami karakter anak, kedua, memaksimalkan peranan keluarga dalam pendidikan anak, ketiga adanya kesadaran orang tua atas pentingnya pembinaan akhlak bagi anak..